“Terus Berjuang, Walau Banyak Halangan”

Seorang remaja yang sekarang berusia 17 tahun dari keluarga yang sederhana membuat keluarganya sangat bangga terhadap kegigihannya untuk mencapai keinginannya kuliah di perguruan tinggi negeri di Indonesia.
                Emil seorang remaja wanita lulusan SMA Negeri yang hidup di keluarga yang pas-pas an. Itu membuat Emil merasa kesusahan untuk melanjutkan jenjang SMA ke perguruan tinggi yang ia sukai. Emil bercita-cita untuk kuliah di Universitas Indonesia, karena biaya yang belum ada membuat semangat Emil terpatahkan.
                Emil sudah mengitkuti jalur beasiswa, namun setelah mengikuti tes dia tidak terdaftar dalam beasiswa tersebut. Emil berpikir “bukan kecerdasan yang membuatku tidak bisa masuk perguruan tinggi, namun kegigihanku lah yang menghambatnya”.
                Suatu saat Emil mencari lowongan pekerjaan, namun apalah daya dia tidak mEmiliki pengalaman kerja. Dia bingun betapa sulitnya mencari kerja, waktu itu hujan turun di sambut dengan angin yang kencang. Dia mencari sebuah tempat untuk berteduh, di saat Emil berteduh datanglah seorang pria juga ingin berteduh, pria itu terlihat sedang pulang kerja. “ujan nya lebat sekali ya” pria itu tiba-tiba bilang seperti itu, Emil langsung menjawab “iya mas, lagi pualng kerja ya?” pria itu langsung menoleh ke Emil “ iya mbak, mbaknya juga lagi pulang kerja ya?” Emil menjawab dengan sdikit tersenyum “ ini sedang cari lowongan kerja mas, tapi sulit banget nyarinya” pria itu bertanya kepada Emil “lulusan SMA ya mbak?” “iya mas” jawab Emil. Dan beruntung sekali pria itu menawarkan lowongan kerja di tempatnya, lalu pria itu memberikan alamat dari perusahaan yang dia tempati. Emil sangatlah berterima kasih kepada pria itu, dengan hati yang sangat senang dia pulang dan bersiap-siap untuk ke esokan harinya.
                Ke esokan harinya, Emil datang ke perusahaan tersebut dan yang benar saja itu perusaan yang sangat besar, gedungnya sangatlah tinggi, Emil berpikir “apa aku bisa kerja di sini?”. Emil langsung masuk gerbang, dia jalan kaki dan masuk ke pintu depan entah kenapa dai awal dia masuk gerbang banyak yang melihatnya. Dan pada saat itu ada seorang wanita yang berdiri sedang bermain handphone, Emil bertanya pada wanita itu “mbak kalo ingin mendaftar kerja ruangnya di mana ya?” wanita itu menjawab dengan sombongnya “hah ngelamar kerja? Kamu bakal di usir nanti” wanita itu tertawa keras sekali, Emil Cuma bisa menunduk malu. Emil tidaklah pantag semangat, lalu dia bertanya pada satpam di depan pintu “permisi pak, kalo mau melamar kerja ruangnya mana ya?” satpam itu menjawabnya dengan ramah “oh melamar kerja ya mbak, lantai 5 namanya kantor staff itu mbaknya masuk saja nanti langsung review “ wajah Emil sangat senang sekali, “terima kasih ya pak” lalu Emil langsung masuk kantor tersebut. Setelah beberapa jam kemudian Emil sudah keluar dari pintu, lalu dia berpapasan dengan pria yang ia temui saat berteduh “bagaimana hasilnya” tanya pria itu sambil tersenyum, “baru selesai interview mas” Emil pun menjawabnya dengan tersenyum pula “nanti hasilnya 1 jam lagi baru tahu hasilnya” “ohh, semoga di terima ya” kata pria tersebut, dan dia masuk keruangan staff.
                Sambil menunggu Emil mencari makan karena dari pagi dia belum makan. Pada saat dia makan handphone mendering ada yang menelphone, lalu dia mengangkatnya “hallo, untuk mbak Emil Anda di terima di perusahaan kami, untuk informasi selanjutnya kami tunggu di kantor kami” Emil pun berteriak sangat gembira “terima kasih mbak” jawab Emil , dia langsung lari menuju gedung dan tergesa-gesa.
                Pada saat itu karena Emil sangat tergesa-gesa, terjadi hal buruk di jalan. Emil tertabrak mobil dia mengalami banyak pendarahan, Emil pun di bawa kerumah sakit oleh warga setempat.
                Berbulan-bulan Emil terdiam di rumah sakit, yang dia pikirkan hanya bagaimana dia membayar uang rumah sakit. Emil di beritahu kalau dia bisa pulang malam ini, Emil langsung melihat total biaya rumah sakit. Dia menangis karena biayanya sangat mahal sekali, orang tuanya tidak tahu total biayanya, tetapi orang tuanya memberi uang kepada kepada Emil hanya setengah dari total biaya rumah sakit, itu karena hanya itu saja uang yang dimiliki orang tuanya. Lalu Emil memberi uang biaya rumah sakit dan bertanya “apa boleh saya membayar setengah dulu mbak” karyawan itu menjawab “ maaf ya mbak itu tidak bisa, karena sudah ketentuan rumah sakit”. Tiada henti Emil meneteskan air mata, entahlah beruntung atau memang sudah di takdirkan, pria yang kemarin bertemu dengan Emil lagi. Emil pun segera mengusap air matanya, “Emil kamu engga apa2?” entah wajah Emil malu saat pria itu memanggil namanya, padahal dari pertama dia belum kenalan “iya engga papa mas, sudah sembuh kok” jawab Emil. “yauda tunggu apalagi ayo pulang?” tanya pria itu, Emil bingung tapi dia harus mengatakannya “iya mas, tapi biaya rumah sakit baru saja setengahnya, aku bingung sekarang” jawab Emil sambil meneteskan air mata kembali. Lalu pria itu berjalan menuju kasir dan membayar semua, “ayo pulang” kata pria itu kepada Emil “terima kasih mas, nanti aku akan ganti uangnya aku janji” kata Emil “hehe, engga perlu kamu kan sudah bekerja di perusahaanku” kata pria itu, Emil pun kaget mendengarnya “apa aku masih diterima di perusahaan?” kata Emil, “masih, kamu masih di terima Emil” kata pria itu sambil tersenyum.
                Lalu Emil dan orang tuanya di antar pulang oleh pria itu, di jalan Emil sambil bertanya-tanya “oh iya mas namanya siapa?”, jawab pria itu “oh aku lupa kemarin belum kenalan ya, namaku denny pEmilik perusahaan yang kamu lamar kemarin” ekspresi Emil yang kaget, sampai membuat Emil tidak bisa berkata-kata.
                Berbulan-bulan kemudian karena Emil sudah bekerja di perusahaan tersebut, dia sudah mEmiliki banyak penghasilan. Uang yang dia kumpulkan dari hasil kerjanya di berikan kepada orang tuanya dan sebagian untuk mendaftar dan biaya kuliah.
                Dan akhirnya Emil mendaftar universitas yang dia inginkan sejak dulu, dia lalu di pindahkan kerja di Jakarta pusat dari perusahaan yang sama dan kuliah. Dan Emil dengan siap menanggung kuliah dan kerja secara beersamaan. Walaupun Emil bekerja di perusahaan besar namun dia tetap ingin kuliah, karena semua orang sangatlah butuhlah pendidikan, melihat kurangnya pendidikan di Indonesia karena kekurangan biaya. Dan Emil merupakan salah satu tokoh yang mampu menggambarkan bagaimana sulitnya hidup yang mampu di jalani dengan mudah olehnya.
Comments


EmoticonEmoticon